TUGAS MAKALAH
ANTROPOLOGI
PSIKOLOGI
BEBERAPA METODE PENELITIAN
ANTROPOLOGI
PSIKOLOGI
Kelompok 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan salah satu tugas menyususn makalah
sebagai pemenuhan mata kuliah.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pengajar dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar di kemudian hari kami dapat memperbaiki lagi pada
makalah yang berikut nya .Semoga apa yang berada di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman serta menambah inspirasi juga
pengetahuan.
November 2015
BAB
I
LATAR
BELAKANG
1.1. ANTROPOLOGI DAN
PSIKOLOGI
Antropologi
Psikologi (Phychological Antropology) adalah bagian dari ilmu
Antropologi yang berkembang pesat, sehingga sudah menjadi suatu bidang ilmu
tersendiri. Nama Antropologi Psikologi ini dianjurkan oleh seorang antropolog
Amerika Serikat yaitu Francis L.K. Hsu, sebelumnya biasa dikenal dengan nama
Kebudayaan dan Kepribadian (Culture and Personality) atau disebut juga
Psikologi Suku Bangsa (Ethno Psychology).
Ember dan Ember
(1985 ; 388) Antropologi Psikologi adalah studi yang dilakukan oleh para ahli
Antropologi yang tertarik pada perbedaan psikologis di antara dan di dalam
suatu masyarakat dan persamaan psikologis pada rentang yang luas pada
masyarakat manusia. Sementara itu kita juga mengenal istilah Psikologi Lintas
Budaya (Cross-Cultural Psychology) yaitu studi yang dilakukan para ahli
psikologi terhadap dua atau lebih masyarakat.
Menurut
Koentjaraningrat (1990 ; 45-46) ilmu antropologi psikologi muncul karena ada
beberapa sarjana antropologi yang selama penelitiannya di lapangan menemukan
bahwa beberapa manusia dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan
non-Eropa-Amerika yang mereka amati ternyata bertentangan dengan apa yang
pernah mereka pelajari dari ilmu psiokologi. Psikologi memang berkembang berdasarkan
kehidupan masyarakat dan kebudayaan Eropa Barat dan Amerika, sehingga terkadang
terdapat konsep-konsep dan atau teori-teori psikologi yang tidak dapat
diterapkan secara universal di luar masyarakat Eropa Barat dan Amerika. Seperti
pada masyarakat dan kebudayaan di Asia, Afrika dan kawasan Pasifik.
Milton Singer
(dalam Danandjaja, 1988; 5) berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok
permasalahan besar dalam penelitian antropologi psikologi yaitu :
- Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature)
- Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical personality)
- Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.
Dari ketiga
kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok permasalahan penelitian
seperti : “hubungan antara perubahan kebudayan dengan perubahan kepribadian”
dan “hubungan antara perubahan kebudayaan dengan kepribadian abnormal”.
Sebagaimana
halnya dalam penelitian-penelitian antropologi, maka cara pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian antropologi psikologi umumnya adalah metode
etnografis, berupa wawancara dan pengamatan. Akan tetapi karena yang dibahas
dalam antropologi psikologi tidak hanya terbatas pada kebudayaan yang terlihat
saja (overt), akan tetapi juga menyangkut hal-hal yang tidak dapat dilihat
langsung (covert), seperti nilai-nilai atau dinamika psikologis suatu
masyarakat tertentu, seringkali metode etnografis tidak dapat memecahkan
masalah secara memuaskan.
Oleh karena itu,
pada awal abad ke-20 muncul perkembangan baru dalam upaya mempertajam metode
penelitian yang bersifat lebih ilmiah dan lebih eksak. Dikembangkan pula metode
yang pada umumnya digunakan oleh kalangan psikolog, terutama pada cabang
psikologi klinis.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dalam
uraian makalah ini akan dijelaskan beberapa metode penelitian yang di gunakan
dalam antropologi psikologi.
1.3. TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makala ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah antropolgi psikologi dan juga agar pembaca dapat
memahami dan mengetahui tentang beberapa metode penelitian antropologi
psikologi.
BABA
II
PEMBAHASAN
Seperti halnya
penelitian antropologi pada umumnya ,cara pengumpulan data yang dipergunakan
ilmu antropologi psikologi pada dasarnya jumga metode pengumpulan etnografis.
Yakni yang bersifat wawancara dan pengamatan ,namun karena yang ducari bukan
terbatas pada kebudayaan yang mudah dilihat saja (overt).seperti nilai-nilai
atau dinamika dari suatu prilaku dan sebagainnya ,maka metode etnografis yang
pertanyaannnya bersifat terlalu langsung itu, seringkali tidak mendapat
tanggapan yang benar, langsung serta jujur . oleh karnannya perlu dipinjam
metode penelitian dari ilmu sosial lainnya, seperti yang telah dikembangkan
oleh ilmu psikologi klinik . metode tersebut berupa tes proyeksi seperti tes
rorschach, test thematic apperception test (TAT) dan lain-lain . selain itu
,juga metode pengumpulan riwayat hidup (
life history) para respondent dari suatu masyrakat yang hendak kita teliti ,
dan juga pengumpulan mimpi dan folklor dari para responden untuk
diinterpretasikan.
2.1 METODE- METODE
ETNOGRAFIS
Metode yang sejak awal dipergunakan para
etnograf pada masa awal perkembangannya ilmu antropolgi sehingga kini, metode
wawancara (interview) dan pengamatan (observasi).
(1). Metode wawancara
Metode wawancara adAlah metode
pengumpulan data dengan cara menannyakan sesuatu kepada seorang responden
.caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.teknik betanya dalam
wawancara dalam wawancara dapat diketegorikan ke dalam dua golongan besa, yakni(1),wawancara
berencana (standardized interview),dan( 2). Wawancara tanpa rencana
(unstandardized interview) .
Untuk melkukan wawancara bereancana
seorang peneliti, sebelum terjun kelapangan, harus menyusun dahulu suatu daftar
pertanyaan yang seragam, dengan bahasa yang tata urut yang seragam pula. Bila
tidak demikian ada kemungkinan besar respons yang diperoleh tidak mempunyai
nilai seragam, sehingga sukar untuk diperbandingkan satu sama lain. Wawancara
berencana, dalam prakteknya, sama dengan kuesiner yang diajukan kepada
respondensecara lisan. Wawancar semacam ini banyak digunakan oleh para peneliti
psikologi. Tujuannya adalah untuk mendapat pendapat umum. Atau peneliti
sosilogi yang mempunyai tujuan komperatif (koentjaraninggrat1977b:162-174).data
hasil wawancara semacam ini sudah tentu termaksuk metode kuantitatif.
Untuk melakukan wawancara tanpa berencana
,seseorang peneliti tidak perlu menyusun suatu daftar pertanyaan yang ketat.
Biarpun demikian, bukan berarti sipeneliti tidak memepunyai pengetahuan
mengenai cara atau aturan wawancara tertentu bahkan ada suatu metode wawancara
tanpa rencana yang memepunyai suatu struktur yang cukup rumit seperti wawancara
psikoanalisa, atau wawancara untuk mengumpulkan data pengalaman hidup indidvidu
(life History), atau metode genealogis dari WHR Rivers. Oleh karena itu metode
wawancara ini dapat pula dikategorikan kedalam dua subgolongan : (a) metode
wawancara berstuktur (structured inteview) atau active interview), dan (b)
metode wawancara tanpa struktur (unstruructured interview atau passive
interview) (koentjaraningrat, 1977 :174).
Selanjutnya wawancara tanpa struktur
dapat pula dibedakan secara lebih khusus lagi kedalam dua golongan ,yakni : (1)
wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free
interview,unguided atau nondirectived interview). Wawancara yang berfokus biasanya terdiri dari pertanyaan yang tak
mempunyai struktur tertentu, namun selalu terpusat pada satu pokok tertentu .
sedangkan suatu wawancara bebas tidak memepunyaipusat, sehingga pertanyaan
dapat beralih-alih dari suatu pokok ke pokok yang lain. Akibatnya, datanya terkumpul dari suatu wawancara bebas
dapat bersifat beraneka ragam (koetjraningrat, 1977b :175).
Terlepas dari dua golongan besar
wawancara tersebut,masih ada satu macam wawancara lagi. Yaitu wawancara sambil
lalu ( casual interview) . wawancara sambil lalu ini sebenarnya termasuk
wawancara tanpa rencana, tetapi bedanya ialah orang-orang yang diwawancarai
tidak diselksi terlebih dahulu secara teliti. Mereka ditemukan secra kebebtulan
dan sambil lau disuuatu tempat, seperti di warung atau di gardu siskamling.
Cara wawancarannya dilakukan meurut kedaan, singga dapat berbentuk,
berstruktur, berfokus, maupun bebas.
Adapun dilihat dari sudut bentuk pertanyaannya,
semua bentuk wawancara tersebutdi atas dapat dibagi lagi ke dalam dua golongan,
ialah (1) wawancara tertutup (closed interview), dan (2) wawancara terbuka (open
interview). Yang pertama terdiri dari pertanyaan, yang bentuknya sedemikian
rupa sehingga kemungkinan menjawab dari responden atau informan amat terbatas.
Bahkan adakalanya hanya memerlukan jawab berbentuk “ya” atau “tidak” saja.
Sedangkan bentuk pertanyaan terbuka sebaliknya memerlukan jawaban yang tak
terbatas (koentrjaraningrat, 1977b: 175-176)
Metode wawancara yang paling banyak
digunakan dalma penelitian antropologi psikolgi sudah tentu metode wawancara
berencan. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian, antropologi psikologi
memeng untuk mengukur pendapat umum, atau pendapat mayoritas anggota suatu
kolektif . terutama mengenai nilai budaya, pandangan hidup, eos, struktur
kepribadian dasar, struktur kepribadian rata-rata,yang dianggap dianut oleh
suatu kolektif tertentu.
(2). Metode pengamatan
Pada permulaan masa perkembangan ilmu
antropologi, metode pengamatan (observasi)),terutama yang disertai dengan
partisipasi merupakan tekik pengumpulan data yang paling diutamakan. Di dalam
buku notes and queries on antrophologi misalnya dikatakan bahwa pengumpulan
data kebudayaan apa saja harus dikumpulkan dengan cara (1) pengmatan langsung
(direct observation), (2) pengamatan tidak lansung (indirect observasion). Pengamatan lansung ditambah lagi dengan
interogasi segera (immediate interrogation) dinilai sebagai cara yang paling
ideal (Notes andqueries on anthropolgi,1954: 36). Walaupun pada masa kini
metode pengamatan disertai dengan partisipasi sudah tidak di anggap begitu
mutlak lagi dalm ilmu antropologi, namum metode tersebut tetap sngat penting
artinya (vredentbregt 1979: 68), karena ia merupakan sebagian dari dasar
penelitian lapangan (fieldwork) yang sendirinya harus dilakukan.
seperti halnya dengan metode penelitian
yang lain,metode pengamatan dapat juga dibagi lagi kedalam beberapa
golongan,berdasarkan bentuknya , dan sifat interaksinya.
Berdasarkan bentuknya, pengamatan dapat
dibagi mejadi (1) pengamatan yang berstruktur, dan (2) pengamatan yang tak
berstruktur. Bentuk yang pertama seringkali juga disbut sebgai pengamatan
formal,dan bentuk kedua disebut juga pengamatan infotmal. P-engamatan yang tak
berstruktur atau informal ini juga terkenal dengan nama observasi terlibat
(participant observation) (Vredenbregt, 1978: 68)
Berdasarkan sifat dengan sifat
interaksinya dengan para informanatau responden, metode pengamatan dapat juga
dibedakan menjadi dua golongan , yakni: (1) pengamatan terlibat
(observasi-partisipasi).dan(2) pengamatan saja. Perbedaan kedua golongan
pengamatan terletak pada ada atau tidak adanya interaksi peneliti dan informan
atau respondennya. Pada pengamatan golongan perinforman atau respondennya. Pada
pengamatan golongan pertama ada interaksi, sedangkan pada pengamatan golongan
kedua tidak ada pengamatan.(vredentbregt, 1978: 68).
Seperti halnya dengan semua penelitian di
lapangan (fieldwork) perlu dipupuk dahulu hubungan baik serta mendalam dengan
para responden atau informan yang hendak diteliti. Dan hubungan baik dan
mendalam sehingga timbul percaya-mempercai, di sebut raport (rapport).
Metode pengamtan yang paling berguna bagi
para peneliti antropologi psikologi sudah tentu adalah pengamatan dari bentuk
yang formal dan terlibat. Hal ini disebabkan karena data yang hendak
dikumpulkan oleh mereka, bersifat sensitif dan sangat pribadi. Hal itu baru
dapat dilakukan apabila ia sudah terjun kedalam masyarakat yang hendak diteliti, dan baru dapat berkerja dengan
efektif apabila sudah timbul raport antara dia dan masyarakat bersangkutan.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa seorang peneliti baru dapat
memeperoleh data yang sensitif serta sangat pribadi, apabila ia melakukan
metode wawancara informal yang terlibat, karena deangan cara itu ia akan
diterima oleh respondennya tanpa di curigai lagi. Dan keterangan-keterangan
yang diperoleh sejak itu baru bersifat benar.
Seperti tela di ketahui alat yang kita
gunakan untuk mengadakan pengamatan yang paking utama dan paling murah sudah
tentu keduan mata kita sendiri.namun kitapun mengetahui bahwa daya panca indra
kita (mata) itu sebenarnya sangat terbatas. Untuk itu teknologi manusia telah
menciptakan berbagai macam alat-alat optik untuk melakukannya. Alta-alat optik
tersebut antara lain adalah keker atau melihat jauh, alt perekam fisual seperti
kamera untuk memotret ,membuat film gambar hidup atau membuat video.
Berdasarkan pengalaman saya mengadakan
penelitian di desa trunyan, yang menghasilkan dua buah buku dengan pendekatan
antropologi visual (danandjaja, 1985 & 1985a). Ternyata hasil pengamatan
yang direkam dalam bentuk potret, slides,film gambar hidup(atau pita
video),lebih akurat dan mendetail.kamera dapat merekam lebih banyak detail
daripada kemampuan mata manusia.
Selanjutnya kemera dapat merekam suatu pemandangan seperti aslinya, sedangkan
mata manusia tidak. Hal ini dikarenakan mata setelah melihat, kemudian masih harus
pula merekamnya didalam benak dalam bentuk ingatan,ingatan itu kemudian masih
harus melalui proses pengolahan, dan baru dapat diturunkan dalam bentuk
deskripsi ttulian atau liasan. Berhubung panjanngnya proses yang harus dilalui,
jika kita mempergunakan mata untuk pengamatan, yang selanjutnya disebabkan oleh
proses penyaringan pada fikiran kita yang sudah terikat oleh moral kebudayaan,
ditambah lagi dengan adanya proses interpolasi, maka gambar yang tertinggal di
dalam benak kita sudah tidak tepat dan objektif lagi seperti aslinya.
Kelemahan mata sebagai alat pengamatan
sudah tentu dapat diisi oleh bantuan kamera. Hal ini disebabkan karena kamera
sebagai alat perekam visual bersifat lebih objektif dari pada mata manusia. Ia
lebih jujur dan tidak seperti mata kita yangmempunyai bercak buta (blind
spot),yang hanya mau merekam apa yang berkenan dalam hati kita secara sadr atau
tidak sadar.dan kaerna kamera adalah mesin, maka ia tidak terpengaruh oleh
keletihan seperti yang sering di alami organ mata kiat (darian- djaja. 1984:
44-45).
Walaupun demikian alat yang secara
relatif lebih baik dari mata kita ini, tidak akan berdaya apabila dipergunakan
oleh peeneliti, yang tidak mahir bukan saja dalam teknik pemotretan, melainkan
juga tidak mempunyai pengetahuan mengenai apa yang di abadikan. Momen mana yang
paling tepat di ambil dan sebagainya. Semua ini tergantung pada daya pengamatan
terlatih dari sipengguna lat canggih itu.
Gambar-gambar yang dibabadikan oleh
seorang ahli foto grafi, walaupun indah dan jelas, belum tentu berguna untuk
diterbitkan sebagai buku etnografi bergambar yang baik, bukan terbatas pada
pengetahuan pengambilan foto-foto,slide-slide, atau gambar hidup yang bagus
saja ,melainkan juga yang dapat bercerita sendiri,tanpa bnyak mempergunakan
deskripsi berupa teks tertulis atau keterangan lisan. Persyratan ini mejdi
lebih penting, apbila buku yang hendak diterbitkan dari hasil penelitian
ini,akan berupa karya dengan pendekatan antropologi visual.
Metode pendekatan antropolgi visual suatu
cara, yang terutama mempergunakan alat-alat perkam visual ,seperti kamera dalam
metode penelitiannya,untuk mengumpulkan bahan-bahan penelitian etnografis.
Tujuan dari penelitian semacam ini adalah untuk menghasilkan karya
etnografis yang lebih bersifat visual
ketimbang liasan atau tulisan .
Dari definisi di atas kemra sebagai alat
pengamat bukan sekedar bersifat sampiran, melainkan utama. Manfaat gambar-gambar yang dihasilkan bukan sekedar
ilustrasi dari deskripsi tuliasan atau lisan saja ,melainkan dipergunakan
sebagai bahan utama dalam suatu ceramah
dengan mempertunjukan slides (lantern show). Atau dalam suatu penerbitan berupa
buku bergambar (picture books) atau jika meruoakan film gambar hidup dan video
tab,maka dapat dipergunakan sebagai pertujukan film etnaografi.
Pada pertujukan atau presentasi semacam
ini, fungsi bahasa liasan maupun tulisan berubah kedudukannya menjadi yang
sekunder. Walaupun penting tetapi bahasa lisan atau tuliasan itu hanya berperan
sebagai pendudukang saja dari serangkaian gambar-gambar,yang merupakan suatu
seri bertema , dan dapat bercerita walaupun tidak diberi banyak penjelasan
secara lisan maupun tulisan.
Berhubung gambar-gambar adalah bahan
utama didalam sajian kita, maka seperti halnya kita membuat suatu film gambar hidup, kita harus
juga mempersiapkan skenarionya sebelum pengambilan foto atau film. Skenario
yang cermat akan menghasilkan gambar-gambar serial yang baik.selain itu dengan
adnya skenario kita dapat menghemat pemakaian fil,karena dpat menghindari
pengambilan foto-foto yang tidak relevan.
Oleh karena itu untuk menerapkan metode
pendekatan antropologi visual tersebut seorang peneliti harus mengadakan
persiapan secar cermat sebelum betul-betul terjun kedalam lapangan. Artinya ia
harus terlebih dahulu memeriksa semua keterangan mengenai objek yang hendak
diteliti. Jadi ia harus juga melalui tahap-tahap penelitian permulaan, sperti
mengadakan penelitian perpustakaan dan penelitian penjajagan (survei), agar ia
sedikit bnyak telah mempunyai gambaran tentang objek penelitiannnya serta
konteks kebudayaannya.
Penelitian dengan pendekatan antropologi
visual ini sudah lama diterapkan orang didalam dunia ilmu antropologi . contoh
yang paling klasik adlah yang telah dilakukan oleh para antropologi psikologi
AS Margaret Mead, G. Bateson, dan F.C.MacGregor tentang adat istiadat, pola dan
cara pengasuhan anak didesa bayung gede dibali. Di dalam penelitian mereka ini
alat potret malhyan tidak hanya menjadi alat yang penting, bahkan menjadi alat
utama dari metode penelitian mereka. Hal itu disebabkan karena para peneliti
membutuhkan detail yang mendalam mengenai segala gerak-gerik, perilaku serta
mimik dari anak desa Bayung gede yang sedang tumbun kecebang itu dan juga para
pengasuhnya. Bahan keterangan mendtail seperti itu memang sangat penting untuk
analisa secara psikologi,yang berdasarkan teori bahwa kepribadian seorang yang tampak
pada waktu dewasa. Sebenarnya sudah mulai terbentuk pada waktu ia masih
kanak-kanak. Atau dengan perkataan lain dapat diketahui melalui cara pengasuhan
anak kolektifnya.
Hasil penelitian mereka itu kemudian
diterbitkan dalam dua buku yang mengandung beratus-ratus foto yang hitam putih,
mengenai cara anak-anak di bayung gede di asuh oleh ibu, ayah, dan anggota
keluarga luasnya.semua objeknya berada dalam keadaan spontan, tidak kaku, persis
seperti dalam kehidupan sebenarnya. Buku yang pertama adalah dari G. Bateson
dan Margaret Mead (1942). Dan buku yang kedua adalah dari F.C. MacGregor dan
M,Mead (1951). Selain itu dari hasil penelitian mereka pada tahun-tahun
1936-1938, bateson dan mead juga telah menghasilkan sebuah film gambar hidup
sepanjang 17 menit berjudul Childhood rivalry in bali and New Guenea (1952).
Kendala dari metode pengamatan dengan kamera ini bukan saja hanya mahal tetapi
susah juga skali untuk mencari penerbit, yang bersedia untuk menerbitkannya.
Pada penerbit pada umumnya tidak bersedia untuk menerbitkan buku ilmiah yang
bnyak mengandung foto , apalagi jika fotonya berwarna lagi.
2.2 METODE ILMU SOSIAL
LAINNYA
Metode
penelitian ilmu sosial lainnya yang paling bnyak dipergunakan para antropolg
psikolog adalah : (1) metode pengumpulan data riwayat hidup individu, (2)
metode penggunaan tes-tes proyektif ( projktive test), (3) metode pencatatan
dan penginterpretasian Mimpi, (4) metode survei lintas budaya (cross- cultural
Survey) , dan (5) metode pengumpulan dan penginterpretasian folklor .
(1) Metode pengumpulan data
riwayat hidup individu
Metode penelitian laiannya yang juga
banyak dipergunakan oleh parah antropolog psikologi adalah pengumpulan dan
penganalisaan ‘data pengalaman individu’, yang oleh parah sejarawan dan
sosiolog disebut dengan istilah dokumen manusia (human dokumen), dan yang oleh
para antropolog psikologi sendiri lebih terkenal dengan istilah riwayat hidup
individu (individual live hstory). Data yang dikumpulkan dalam penelitian
dengan metode ini adalah semua keterangan mengenai apa yang perna dialami
individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek
penelitian ( blumer.1939: 29 dikutip dari koentjaraningrat 1984: 156 ).
Didalam ilmu sosial lainnya seperti ilmu
sejarah , metode ini telah lama dipergunakan orang. Pada zaman dahulu metode
ini pernah dipergunakan oleh sejarawan yunani kuno, dan juga sejarawan islam
sperti ibnu khaldun. Pada masa kini metode ini masih tetap dipergunakan oleh
para sejarawan , atau bahkan juga oleh tokoh-tokoh sejarah sendiri dengan cara
menulis otobiografi mereka sendiri dalam bentuk memoar-memoar. Sebagai contoh
memoar dari de Lafeyeuc, atau memoar Moh hatta dan biografi-bografi dari
soekarno oleh E. Dahm (koentjraningrat, 1977: 199). Dalam ilmu antropologi
psikologi metode pengumpulan riwayat hidup individu ini sudah banyak dilakukan
orang. Tujuan dari penelitian semacam ini adalah untuk mencapai suatu
pengertian tentang suatu masyrakat, kebudayaan dan tipe kepribadian suatu bansa
atau suku bangsa,melalui pandngan mata individu-individu yang merupakan warga
dalam masyrakat bersangkutan.
Kendati telah adanya orang-orang yang
pernah menghasilkan buku-buku semacam
semacam itu, namun antropolog pertam yang mempergunakannya dengan penuh kesadran akan kegunaannya untuk
memperkuat penganalisaan bahan etnografinya adalah A,L Kroeber,. Kroeber pada
waktu masih mudah dalam rangka untuk mengumpulkan bahan penulisan buku etnografi
tentang suku bangsa gros Ventre di daerah stepa utara dari negara bagian
montana di AS, telah pula mengumpulkan riwayat hidup tokoh-tokoh trsebut. Namun
orang yang pertama kali mempergunakan metode riwayat hidup secar sistem matik
untuk memperdalam pengertian tentang suatu masyarakat yang sedang diteliti,
adalah antropolog Paul Radin. Buku yang dihasilkan radin dengan metode
pengumpulan data riwayat hidup adalah crashing thunder,(1913,1920,1926). Buku
tersebut adlah mengenai seorang tokoh suku bangsa Winnebago dari negara bagian
Wischonsindi AS (koetjaraningrat, 1977: 200-201).
Tujuan penelitian antropolog psikologi
dengan mempergunakan metode pengumpulan dan mnganalisa riwayat hidup
tokoh-tokoh atau individu-individu yang hidup dalam suatu msyarakat, sbenarnya
adalah untuk memeprdalam pengertian dari sipeneliti terhadap masyarakat dimana tokoh-tokoh atau
individu-individu itu hidup. Dan yang lebih penting lagi melalui pengakuan yang
berupa riwayat hidup ini, seorang individu akan banyak mengungkapkan
motivasinya, aspirasinya, ambisinya mengenai kehidupan dalam masyrakatnya. Dan
memang wawancara dalam bentuk meminta untuk menceritakan riwayat hidup seorang
adlah yang paling mudah diperoleh. Hal ini disebabkan karena orang pada umumnya
senang skali menceritakan kisah mengenai dirinya sendiri. Sudah tentu ada juga
individu yang menolak untuk menolak mengungkapkan riwayat hidupnya. Dan
biasanya orang demikian orang itu mempunyai masalah kejiwaan yang
menghambatnya. Namun biasanya setelah timbul raport “dinding penghalang” itu
akan runtuh dengan sendirinya.
Adanya gejal kejiwaan tersebut terakhir,
maka tujuan penelitian bukan terbatas pada penelitian terhadap masyarakat di
mana, responden kita hidup melainkan bertambah lagi dengan masalah pengaruh
lingkungan sosial dan tekana adat istiadat terhadap responden kita.
Berbagai peneliti yang memepergunakan
data riwayat hidup individu berpusat pada salah satu dari tema tersebut :
contoh dari penelitian yang paling penting adalah penelitian dar H.C Barnet
(1960) terhadap riwayat hidup dari beberapa riwayat hidup penyimpangdalam
masyrakat penduduk pulau-pulau di micronesia barat, penelitian oleh R.F Mahct
(1961) terhadap riwayat hidup dari seoran penyimpang tomi kabu, yang dapat
mencapai sukse dalam hal mengintroduksikan gagasan-gagasan baru dalam
masyaraktnya, ialah masyarakat purau di irian timur,
Metode analisa riwayat hidup individu
sangat berguna bagi peneliti antropologi psikologi, karena menurut
koentjaraningrat, misalnya fungsinya antara lain adalah sebagai berikut :
1. Data
riwayat hidup individu penting bagi si
peneliti, untuk memperoleh pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial
dalam suatu masyarakat melalui pandangan dari para warga sebagai partisispan
dari masyarakat yang bersangkutan.
2.
Dari riwayat hidup
indidvidu penting bagi sipeneliti untuk mencapai pengertian mengenai maslah
individu warga masrakat yang suka berkelakuan lain (menyimpang dari yang
biasa). Dan masalah peranan para indidividu penyimpang ( deviant individual.
Seperti itu sebgai pendorong gagasan
3.
Data riwayat indidvidu
penting bagi si peneliti untuk memperoleh pengertian mendalam tentang hal-hal
psikologis yang tak mudah diamati dari luar atau dengan metodewawancara
berdasarkan pertanyaan langsung. Hal itu biasanya sudah mengenai pengaruh
lingkungan kebudayaan terhadap jiwa si indidvidu dan dat serupa itu secara
praktis penting dalam penelitian psikiatri,psikolologi, dan penelitian kesehatan
jiwa (mental health research)
4.
Data riwayat hidup
individu penting bagi sipeneliti untuk mendapatkan gambaran yang lebuh mendalam
mengenai detail dari hal yang tidak mudah akan di ceritakan orang dengan metode
wawancara berdasarkan pertanyaan langsung. Hal itu biasanya mengenai cara
hidupnya orang gelandangan, anak nakal, wanita tuna susila, penjahat, para
homo, lesbi dan sebagainya. Atau hal-hal lain seperti masalah dikriminasi ras
dikota besar, maslah pembauran antara golongan yang berbeda,maslah minoritas,
dan akhirnya juga untuk mendapat pengertian tentang maslah kemiskinan.
(koentjaranigrat, 1977: 208)
Metode
utama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data riwayat hidup individu,sudah
tentu adalah metode wawancara dan wawancara ini baru dapat dilakukan dengan
spontan dan jujur apabila sipeneliti telah menjalinhubungan raport dengan
respondennya.
Individual life
history adalah istilah yang sering digunakan di
kalangan ahli antropologi psikologi, adalah data yang mengumpulkan semua
keterangan apa yang pernah dialami individu-individu tertentu sebagai warga
dari suatu masyarakat yang sedang dijadikan obyek penelitian.Tujuan dari
penelitian semacam ini adalah untuk mencapai pengertian tentang suatu
masyarakat, kebudayaan dan tipe kepribadian suatu bangsa atau suku bangsa,
melalui pandangan mata individu-individu yang merupakan warga dalam masyarakat
bersangkutan.
2.
Metode penggunaan test-test proyektif
Seperti
telah di uraikan sbelumnya banyak data-data yang ingin dikumpulkan para
antropolog psikologi terdiri dari kebudayaan, yang berselubung (covert) dan
bersifat sangat pribadi dan seringkali tidak disadari oleh pendukungnya
sendiri, atau bahkan secara tidak sadar atau sadar ingin di rahasiakan. Oleh
karenannya untuk menggalinya tidak cukup dipergunakan metode etnografi klasik
(wawancara langsung dan pengamapatan) saja. Dan untuk itu peneliti antropologi
psikologi harus meminjam metode-metode yang telah dikembangkan para
psikolog,psikiater, dan psikoanalisis..
Metode
untuk mengumpulkan “data mendalam” mengenai fikiran yang terkandung dalam alam
jiwa dan sanubari para respondennya atau untuk mengukur watak dasar suku-suku
bangsa atau golongan-golongan sosial tertentu dalam suatu masyarakat dapat
berbentuk metode tes-tes proyektif yang telah dikembangkan oleh ilmu psikologi
(saldi, 1977: 270).psikiatri dan psikoanalisis.
Test
proyektif (projectif test) adalah situasi yang secra relatif tidak secara
berstruktur,namun bersifat standart,di mana orang yang diuji diminta untuk
memeberi tanggapan secara sebebas mungkin, tanpa diberi sugesti. Tanggapan
(respont) terhadap material test biasanya dianalisa untuk karakterristik
kepribadian. Namun tanggapan tersebut dapat juga membuka tabir dari modus
kognisi tertentu.untuk dapat melakukan interpretasi tanggapan-tanggapan
material test proyeks, memerlukan latihan yang bnyak( English and English 1959
:413).
Itilah
proyeksi berasal dari istilah psikoanalisis, dalam ilmu itu proyeksi termaksud
dalam salah satu bentuk mekanisme melindungi diri (defence mechanisms).
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebagaimana
halnya dalam penelitian-penelitian antropologi, maka cara pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian antropologi psikologi umumnya adalah metode
etnografis, berupa wawancara dan pengamatan. Akan tetapi karena yang dibahas
dalam antropologi psikologi tidak hanya terbatas pada kebudayaan yang terlihat
saja (overt), akan tetapi juga menyangkut hal-hal yang tidak dapat dilihat
langsung (covert), seperti nilai-nilai atau dinamika psikologis suatu
masyarakat tertentu, seringkali metode etnografis tidak dapat memecahkan
masalah secara memuaskan.
Oleh karena itu, pada awal abad ke-20
muncul perkembangan baru dalam upaya mempertajam metode penelitian yang
bersifat lebih ilmiah dan lebih eksak. Dikembangkan pula metode yang pada
umumnya digunakan oleh kalangan psikolog, terutama pada cabang psikologi klinis. Metode
tersebut berupa tes proyeksi seperti tes rorschach, test thematic apperception
test (TAT) dan lain-lain . selain itu ,juga metode pengumpulan riwayat
hidup ( life history) para respondent
dari suatu masyrakat yang hendak kita teliti , dan juga pengumpulan mimpi dan
folklor dari para responden untuk diinterpretasikan.
Best Ways to Get From Casino Wyandotte to the Wynn - Mapyro
BalasHapusDirections to The Wynn 파주 출장안마 Hotel and Casino · A short 남양주 출장샵 drive from The Strip (Laughlin) airport 서울특별 출장마사지 · Just 30 minutes 이천 출장안마 from Casino 안양 출장마사지 Wyandotte (Laughlin) · Nearby