Minggu, 13 Maret 2016

ANTROPOLOGI PSIKOLOGI



TUGAS MAKALAH
ANTROPOLOGI PSIKOLOGI
BEBERAPA METODE PENELITIAN
 ANTROPOLOGI PSIKOLOGI






Kelompok  5







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya  masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan salah satu tugas menyususn makalah sebagai pemenuhan mata kuliah.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pengajar dan teman-teman yang telah memberikan dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami dapat memperbaiki lagi pada makalah yang berikut nya .Semoga apa yang berada di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman serta menambah inspirasi juga pengetahuan.




 November 2015











BAB I
LATAR BELAKANG
 1.1.    ANTROPOLOGI DAN PSIKOLOGI
Antropologi Psikologi (Phychological Antropology) adalah bagian dari ilmu Antropologi yang berkembang pesat, sehingga sudah menjadi suatu bidang ilmu tersendiri. Nama Antropologi Psikologi ini dianjurkan oleh seorang antropolog Amerika Serikat yaitu Francis L.K. Hsu, sebelumnya biasa dikenal dengan nama Kebudayaan dan Kepribadian (Culture and Personality) atau disebut juga Psikologi Suku Bangsa (Ethno Psychology).
Ember dan Ember (1985 ; 388) Antropologi Psikologi adalah studi yang dilakukan oleh para ahli Antropologi yang tertarik pada perbedaan psikologis di antara dan di dalam suatu masyarakat dan persamaan psikologis pada rentang yang luas pada masyarakat manusia. Sementara itu kita juga mengenal istilah Psikologi Lintas Budaya (Cross-Cultural Psychology) yaitu studi yang dilakukan para ahli psikologi terhadap dua atau lebih masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (1990 ; 45-46) ilmu antropologi psikologi muncul karena ada beberapa sarjana antropologi yang selama penelitiannya di lapangan menemukan bahwa beberapa manusia dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan non-Eropa-Amerika yang mereka amati ternyata bertentangan dengan apa yang pernah mereka pelajari dari ilmu psiokologi. Psikologi memang berkembang berdasarkan kehidupan masyarakat dan kebudayaan Eropa Barat dan Amerika, sehingga terkadang terdapat konsep-konsep dan atau teori-teori psikologi yang tidak dapat diterapkan secara universal di luar masyarakat Eropa Barat dan Amerika. Seperti pada masyarakat dan kebudayaan di Asia, Afrika dan kawasan Pasifik.
Milton Singer (dalam Danandjaja, 1988; 5) berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok permasalahan besar dalam penelitian antropologi psikologi yaitu :
  1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature)
  2. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical personality)
  3. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal.
Dari ketiga kelompok permasalahan besar itu timbul beberapa pokok permasalahan penelitian seperti : “hubungan antara perubahan kebudayan dengan perubahan kepribadian” dan “hubungan antara perubahan kebudayaan dengan kepribadian abnormal”.
Sebagaimana halnya dalam penelitian-penelitian antropologi, maka cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antropologi psikologi umumnya adalah metode etnografis, berupa wawancara dan pengamatan. Akan tetapi karena yang dibahas dalam antropologi psikologi tidak hanya terbatas pada kebudayaan yang terlihat saja (overt), akan tetapi juga menyangkut hal-hal yang tidak dapat dilihat langsung (covert), seperti nilai-nilai atau dinamika psikologis suatu masyarakat tertentu, seringkali metode etnografis tidak dapat memecahkan masalah secara memuaskan.
Oleh karena itu, pada awal abad ke-20 muncul perkembangan baru dalam upaya mempertajam metode penelitian yang bersifat lebih ilmiah dan lebih eksak. Dikembangkan pula metode yang pada umumnya digunakan oleh kalangan psikolog, terutama pada cabang psikologi klinis.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dalam uraian makalah ini akan dijelaskan beberapa metode penelitian yang di gunakan dalam  antropologi psikologi.
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makala ini  untuk memenuhi tugas mata kuliah antropolgi psikologi dan juga agar pembaca dapat memahami dan mengetahui tentang beberapa metode penelitian antropologi psikologi.





BABA II
PEMBAHASAN

Seperti halnya penelitian antropologi pada umumnya ,cara pengumpulan data yang dipergunakan ilmu antropologi psikologi pada dasarnya jumga metode pengumpulan etnografis. Yakni yang bersifat wawancara dan pengamatan ,namun karena yang ducari bukan terbatas pada kebudayaan yang mudah dilihat saja (overt).seperti nilai-nilai atau dinamika dari suatu prilaku dan sebagainnya ,maka metode etnografis yang pertanyaannnya bersifat terlalu langsung itu, seringkali tidak mendapat tanggapan yang benar, langsung serta jujur . oleh karnannya perlu dipinjam metode penelitian dari ilmu sosial lainnya, seperti yang telah dikembangkan oleh ilmu psikologi klinik . metode tersebut berupa tes proyeksi seperti tes rorschach, test thematic apperception test (TAT) dan lain-lain . selain itu ,juga metode pengumpulan riwayat hidup  ( life history) para respondent dari suatu masyrakat yang hendak kita teliti , dan juga pengumpulan mimpi dan folklor dari para responden untuk diinterpretasikan.

2.1  METODE- METODE ETNOGRAFIS
       Metode yang sejak awal dipergunakan para etnograf pada masa awal perkembangannya ilmu antropolgi sehingga kini, metode wawancara (interview) dan pengamatan (observasi).

(1). Metode wawancara
       Metode wawancara adAlah metode pengumpulan data dengan cara menannyakan sesuatu kepada seorang responden .caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.teknik betanya dalam wawancara dalam wawancara dapat diketegorikan ke dalam dua golongan besa, yakni(1),wawancara berencana (standardized interview),dan( 2). Wawancara tanpa rencana (unstandardized interview) .
       Untuk melkukan wawancara bereancana seorang peneliti, sebelum terjun kelapangan, harus menyusun dahulu suatu daftar pertanyaan yang seragam, dengan bahasa yang tata urut yang seragam pula. Bila tidak demikian ada kemungkinan besar respons yang diperoleh tidak mempunyai nilai seragam, sehingga sukar untuk diperbandingkan satu sama lain. Wawancara berencana, dalam prakteknya, sama dengan kuesiner yang diajukan kepada respondensecara lisan. Wawancar semacam ini banyak digunakan oleh para peneliti psikologi. Tujuannya adalah untuk mendapat pendapat umum. Atau peneliti sosilogi yang mempunyai tujuan komperatif (koentjaraninggrat1977b:162-174).data hasil wawancara semacam ini sudah tentu termaksuk metode kuantitatif.
       Untuk melakukan wawancara tanpa berencana ,seseorang peneliti tidak perlu menyusun suatu daftar pertanyaan yang ketat. Biarpun demikian, bukan berarti sipeneliti tidak memepunyai pengetahuan mengenai cara atau aturan wawancara tertentu bahkan ada suatu metode wawancara tanpa rencana yang memepunyai suatu struktur yang cukup rumit seperti wawancara psikoanalisa, atau wawancara untuk mengumpulkan data pengalaman hidup indidvidu (life History), atau metode genealogis dari WHR Rivers. Oleh karena itu metode wawancara ini dapat pula dikategorikan kedalam dua subgolongan : (a) metode wawancara berstuktur (structured inteview) atau active interview), dan (b) metode wawancara tanpa struktur (unstruructured interview atau passive interview) (koentjaraningrat, 1977 :174).
       Selanjutnya wawancara tanpa struktur dapat pula dibedakan secara lebih khusus lagi kedalam dua golongan ,yakni : (1) wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free interview,unguided atau nondirectived interview). Wawancara yang berfokus  biasanya terdiri dari pertanyaan yang tak mempunyai struktur tertentu, namun selalu terpusat pada satu pokok tertentu . sedangkan suatu wawancara bebas tidak memepunyaipusat, sehingga pertanyaan dapat beralih-alih dari suatu pokok ke pokok yang lain. Akibatnya,  datanya terkumpul dari suatu wawancara bebas dapat bersifat beraneka ragam (koetjraningrat, 1977b :175).
       Terlepas dari dua golongan besar wawancara tersebut,masih ada satu macam wawancara lagi. Yaitu wawancara sambil lalu ( casual interview) . wawancara sambil lalu ini sebenarnya termasuk wawancara tanpa rencana, tetapi bedanya ialah orang-orang yang diwawancarai tidak diselksi terlebih dahulu secara teliti. Mereka ditemukan secra kebebtulan dan sambil lau disuuatu tempat, seperti di warung atau di gardu siskamling. Cara wawancarannya dilakukan meurut kedaan, singga dapat berbentuk, berstruktur, berfokus, maupun bebas.
       Adapun dilihat dari sudut bentuk pertanyaannya, semua bentuk wawancara tersebutdi atas dapat dibagi lagi ke dalam dua golongan, ialah (1) wawancara tertutup (closed interview), dan (2) wawancara terbuka (open interview). Yang pertama terdiri dari pertanyaan, yang bentuknya sedemikian rupa sehingga kemungkinan menjawab dari responden atau informan amat terbatas. Bahkan adakalanya hanya memerlukan jawab berbentuk “ya” atau “tidak” saja. Sedangkan bentuk pertanyaan terbuka sebaliknya memerlukan jawaban yang tak terbatas (koentrjaraningrat, 1977b: 175-176)
       Metode wawancara yang paling banyak digunakan dalma penelitian antropologi psikolgi sudah tentu metode wawancara berencan. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian, antropologi psikologi memeng untuk mengukur pendapat umum, atau pendapat mayoritas anggota suatu kolektif . terutama mengenai nilai budaya, pandangan hidup, eos, struktur kepribadian dasar, struktur kepribadian rata-rata,yang dianggap dianut oleh suatu kolektif tertentu.
 (2). Metode pengamatan
       Pada permulaan masa perkembangan ilmu antropologi, metode pengamatan (observasi)),terutama yang disertai dengan partisipasi merupakan tekik pengumpulan data yang paling diutamakan. Di dalam buku notes and queries on antrophologi misalnya dikatakan bahwa pengumpulan data kebudayaan apa saja harus dikumpulkan dengan cara (1) pengmatan langsung (direct observation), (2) pengamatan tidak lansung (indirect observasion).  Pengamatan lansung ditambah lagi dengan interogasi segera (immediate interrogation) dinilai sebagai cara yang paling ideal (Notes andqueries on anthropolgi,1954: 36). Walaupun pada masa kini metode pengamatan disertai dengan partisipasi sudah tidak di anggap begitu mutlak lagi dalm ilmu antropologi, namum metode tersebut tetap sngat penting artinya (vredentbregt 1979: 68), karena ia merupakan sebagian dari dasar penelitian lapangan (fieldwork) yang sendirinya harus dilakukan.
       seperti halnya dengan metode penelitian yang lain,metode pengamatan dapat juga dibagi lagi kedalam beberapa golongan,berdasarkan bentuknya , dan sifat interaksinya.
       Berdasarkan bentuknya, pengamatan dapat dibagi mejadi (1) pengamatan yang berstruktur, dan (2) pengamatan yang tak berstruktur. Bentuk yang pertama seringkali juga disbut sebgai pengamatan formal,dan bentuk kedua disebut juga pengamatan infotmal. P-engamatan yang tak berstruktur atau informal ini juga terkenal dengan nama observasi terlibat (participant observation) (Vredenbregt, 1978: 68)
       Berdasarkan sifat dengan sifat interaksinya dengan para informanatau responden, metode pengamatan dapat juga dibedakan menjadi dua golongan , yakni: (1) pengamatan terlibat (observasi-partisipasi).dan(2) pengamatan saja. Perbedaan kedua golongan pengamatan terletak pada ada atau tidak adanya interaksi peneliti dan informan atau respondennya. Pada pengamatan golongan perinforman atau respondennya. Pada pengamatan golongan pertama ada interaksi, sedangkan pada pengamatan golongan kedua tidak ada pengamatan.(vredentbregt, 1978: 68).
       Seperti halnya dengan semua penelitian di lapangan (fieldwork) perlu dipupuk dahulu hubungan baik serta mendalam dengan para responden atau informan yang hendak diteliti. Dan hubungan baik dan mendalam sehingga timbul percaya-mempercai, di sebut raport (rapport).
       Metode pengamtan yang paling berguna bagi para peneliti antropologi psikologi sudah tentu adalah pengamatan dari bentuk yang formal dan terlibat. Hal ini disebabkan karena data yang hendak dikumpulkan oleh mereka, bersifat sensitif dan sangat pribadi. Hal itu baru dapat dilakukan apabila ia sudah terjun kedalam masyarakat  yang hendak diteliti, dan baru dapat berkerja dengan efektif apabila sudah timbul raport antara dia dan masyarakat bersangkutan. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa seorang peneliti baru dapat memeperoleh data yang sensitif serta sangat pribadi, apabila ia melakukan metode wawancara informal yang terlibat, karena deangan cara itu ia akan diterima oleh respondennya tanpa di curigai lagi. Dan keterangan-keterangan yang diperoleh sejak itu baru bersifat benar.
       Seperti tela di ketahui alat yang kita gunakan untuk mengadakan pengamatan yang paking utama dan paling murah sudah tentu keduan mata kita sendiri.namun kitapun mengetahui bahwa daya panca indra kita (mata) itu sebenarnya sangat terbatas. Untuk itu teknologi manusia telah menciptakan berbagai macam alat-alat optik untuk melakukannya. Alta-alat optik tersebut antara lain adalah keker atau melihat jauh, alt perekam fisual seperti kamera untuk memotret ,membuat film gambar hidup atau membuat video.
       Berdasarkan pengalaman saya mengadakan penelitian di desa trunyan, yang menghasilkan dua buah buku dengan pendekatan antropologi visual (danandjaja, 1985 & 1985a). Ternyata hasil pengamatan yang direkam dalam bentuk potret, slides,film gambar hidup(atau pita video),lebih akurat dan mendetail.kamera dapat merekam lebih banyak detail daripada  kemampuan mata manusia. Selanjutnya kemera dapat merekam suatu pemandangan seperti aslinya, sedangkan mata manusia tidak. Hal ini dikarenakan mata setelah melihat, kemudian masih harus pula merekamnya didalam benak dalam bentuk ingatan,ingatan itu kemudian masih harus melalui proses pengolahan, dan baru dapat diturunkan dalam bentuk deskripsi ttulian atau liasan. Berhubung panjanngnya proses yang harus dilalui, jika kita mempergunakan mata untuk pengamatan, yang selanjutnya disebabkan oleh proses penyaringan pada fikiran kita yang sudah terikat oleh moral kebudayaan, ditambah lagi dengan adanya proses interpolasi, maka gambar yang tertinggal di dalam benak kita sudah tidak tepat dan objektif lagi seperti aslinya.
       Kelemahan mata sebagai alat pengamatan sudah tentu dapat diisi oleh bantuan kamera. Hal ini disebabkan karena kamera sebagai alat perekam visual bersifat lebih objektif dari pada mata manusia. Ia lebih jujur dan tidak seperti mata kita yangmempunyai bercak buta (blind spot),yang hanya mau merekam apa yang berkenan dalam hati kita secara sadr atau tidak sadar.dan kaerna kamera adalah mesin, maka ia tidak terpengaruh oleh keletihan seperti yang sering di alami organ mata kiat (darian- djaja. 1984: 44-45).
       Walaupun demikian alat yang secara relatif lebih baik dari mata kita ini, tidak akan berdaya apabila dipergunakan oleh peeneliti, yang tidak mahir bukan saja dalam teknik pemotretan, melainkan juga tidak mempunyai pengetahuan mengenai apa yang di abadikan. Momen mana yang paling tepat di ambil dan sebagainya. Semua ini tergantung pada daya pengamatan terlatih dari sipengguna lat canggih itu.
       Gambar-gambar yang dibabadikan oleh seorang ahli foto grafi, walaupun indah dan jelas, belum tentu berguna untuk diterbitkan sebagai buku etnografi bergambar yang baik, bukan terbatas pada pengetahuan pengambilan foto-foto,slide-slide, atau gambar hidup yang bagus saja ,melainkan juga yang dapat bercerita sendiri,tanpa bnyak mempergunakan deskripsi berupa teks tertulis atau keterangan lisan. Persyratan ini mejdi lebih penting, apbila buku yang hendak diterbitkan dari hasil penelitian ini,akan berupa karya dengan pendekatan antropologi visual.
       Metode pendekatan antropolgi visual suatu cara, yang terutama mempergunakan alat-alat perkam visual ,seperti kamera dalam metode penelitiannya,untuk mengumpulkan bahan-bahan penelitian etnografis. Tujuan dari penelitian semacam ini adalah untuk menghasilkan karya etnografis  yang lebih bersifat visual ketimbang liasan atau tulisan .
       Dari definisi di atas kemra sebagai alat pengamat bukan sekedar bersifat sampiran, melainkan utama. Manfaat  gambar-gambar yang dihasilkan bukan sekedar ilustrasi dari deskripsi tuliasan atau lisan saja ,melainkan dipergunakan sebagai bahan utama dalam suatu  ceramah dengan mempertunjukan slides (lantern show). Atau dalam suatu penerbitan berupa buku bergambar (picture books) atau jika meruoakan film gambar hidup dan video tab,maka dapat dipergunakan sebagai pertujukan film etnaografi.
       Pada pertujukan atau presentasi semacam ini, fungsi bahasa liasan maupun tulisan berubah kedudukannya menjadi yang sekunder. Walaupun penting tetapi bahasa lisan atau tuliasan itu hanya berperan sebagai pendudukang saja dari serangkaian gambar-gambar,yang merupakan suatu seri bertema , dan dapat bercerita walaupun tidak diberi banyak penjelasan secara lisan maupun tulisan.
       Berhubung gambar-gambar adalah bahan utama didalam sajian kita, maka seperti halnya kita  membuat suatu film gambar hidup, kita harus juga mempersiapkan skenarionya sebelum pengambilan foto atau film. Skenario yang cermat akan menghasilkan gambar-gambar serial yang baik.selain itu dengan adnya skenario kita dapat menghemat pemakaian fil,karena dpat menghindari pengambilan foto-foto yang tidak relevan.
       Oleh karena itu untuk menerapkan metode pendekatan antropologi visual tersebut seorang peneliti harus mengadakan persiapan secar cermat sebelum betul-betul terjun kedalam lapangan. Artinya ia harus terlebih dahulu memeriksa semua keterangan mengenai objek yang hendak diteliti. Jadi ia harus juga melalui tahap-tahap penelitian permulaan, sperti mengadakan penelitian perpustakaan dan penelitian penjajagan (survei), agar ia sedikit bnyak telah mempunyai gambaran tentang objek penelitiannnya serta konteks kebudayaannya.
       Penelitian dengan pendekatan antropologi visual ini sudah lama diterapkan orang didalam dunia ilmu antropologi . contoh yang paling klasik adlah yang telah dilakukan oleh para antropologi psikologi AS Margaret Mead, G. Bateson, dan F.C.MacGregor tentang adat istiadat, pola dan cara pengasuhan anak didesa bayung gede dibali. Di dalam penelitian mereka ini alat potret malhyan tidak hanya menjadi alat yang penting, bahkan menjadi alat utama dari metode penelitian mereka. Hal itu disebabkan karena para peneliti membutuhkan detail yang mendalam mengenai segala gerak-gerik, perilaku serta mimik dari anak desa Bayung gede yang sedang tumbun kecebang itu dan juga para pengasuhnya. Bahan keterangan mendtail seperti itu memang sangat penting untuk analisa secara psikologi,yang berdasarkan teori bahwa kepribadian seorang yang tampak pada waktu dewasa. Sebenarnya sudah mulai terbentuk pada waktu ia masih kanak-kanak. Atau dengan perkataan lain dapat diketahui melalui cara pengasuhan anak kolektifnya.
       Hasil penelitian mereka itu kemudian diterbitkan dalam dua buku yang mengandung beratus-ratus foto yang hitam putih, mengenai cara anak-anak di bayung gede di asuh oleh ibu, ayah, dan anggota keluarga luasnya.semua objeknya berada dalam keadaan spontan, tidak kaku, persis seperti dalam kehidupan sebenarnya. Buku yang pertama adalah dari G. Bateson dan Margaret Mead (1942). Dan buku yang kedua adalah dari F.C. MacGregor dan M,Mead (1951). Selain itu dari hasil penelitian mereka pada tahun-tahun 1936-1938, bateson dan mead juga telah menghasilkan sebuah film gambar hidup sepanjang 17 menit berjudul Childhood rivalry in bali and New Guenea (1952). Kendala dari metode pengamatan dengan kamera ini bukan saja hanya mahal tetapi susah juga skali untuk mencari penerbit, yang bersedia untuk menerbitkannya. Pada penerbit pada umumnya tidak bersedia untuk menerbitkan buku ilmiah yang bnyak mengandung foto , apalagi jika fotonya berwarna lagi.
2.2  METODE ILMU SOSIAL LAINNYA
Metode penelitian ilmu sosial lainnya yang paling bnyak dipergunakan para antropolg psikolog adalah : (1) metode pengumpulan data riwayat hidup individu, (2) metode penggunaan tes-tes proyektif ( projktive test), (3) metode pencatatan dan penginterpretasian Mimpi, (4) metode survei lintas budaya (cross- cultural Survey) , dan (5) metode pengumpulan dan penginterpretasian folklor .
(1)     Metode pengumpulan data riwayat hidup individu
       Metode penelitian laiannya yang juga banyak dipergunakan oleh parah antropolog psikologi adalah pengumpulan dan penganalisaan ‘data pengalaman individu’, yang oleh parah sejarawan dan sosiolog disebut dengan istilah dokumen manusia (human dokumen), dan yang oleh para antropolog psikologi sendiri lebih terkenal dengan istilah riwayat hidup individu (individual live hstory). Data yang dikumpulkan dalam penelitian dengan metode ini adalah semua keterangan mengenai apa yang perna dialami individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian ( blumer.1939: 29 dikutip dari koentjaraningrat 1984: 156 ).
       Didalam ilmu sosial lainnya seperti ilmu sejarah , metode ini telah lama dipergunakan orang. Pada zaman dahulu metode ini pernah dipergunakan oleh sejarawan yunani kuno, dan juga sejarawan islam sperti ibnu khaldun. Pada masa kini metode ini masih tetap dipergunakan oleh para sejarawan , atau bahkan juga oleh tokoh-tokoh sejarah sendiri dengan cara menulis otobiografi mereka sendiri dalam bentuk memoar-memoar. Sebagai contoh memoar dari de Lafeyeuc, atau memoar Moh hatta dan biografi-bografi dari soekarno oleh E. Dahm (koentjraningrat, 1977: 199). Dalam ilmu antropologi psikologi metode pengumpulan riwayat hidup individu ini sudah banyak dilakukan orang. Tujuan dari penelitian semacam ini adalah untuk mencapai suatu pengertian tentang suatu masyrakat, kebudayaan dan tipe kepribadian suatu bansa atau suku bangsa,melalui pandngan mata individu-individu yang merupakan warga dalam masyrakat bersangkutan.
       Kendati telah adanya orang-orang yang pernah menghasilkan buku-buku semacam  semacam itu, namun antropolog pertam yang mempergunakannya  dengan penuh kesadran akan kegunaannya untuk memperkuat penganalisaan bahan etnografinya adalah A,L Kroeber,. Kroeber pada waktu masih mudah dalam rangka untuk mengumpulkan bahan penulisan buku etnografi tentang suku bangsa gros Ventre di daerah stepa utara dari negara bagian montana di AS, telah pula mengumpulkan riwayat hidup tokoh-tokoh trsebut. Namun orang yang pertama kali mempergunakan metode riwayat hidup secar sistem matik untuk memperdalam pengertian tentang suatu masyarakat yang sedang diteliti, adalah antropolog Paul Radin. Buku yang dihasilkan radin dengan metode pengumpulan data riwayat hidup adalah crashing thunder,(1913,1920,1926). Buku tersebut adlah mengenai seorang tokoh suku bangsa Winnebago dari negara bagian Wischonsindi AS (koetjaraningrat, 1977: 200-201).
       Tujuan penelitian antropolog psikologi dengan mempergunakan metode pengumpulan dan mnganalisa riwayat hidup tokoh-tokoh atau individu-individu yang hidup dalam suatu msyarakat, sbenarnya adalah untuk memeprdalam pengertian dari sipeneliti  terhadap masyarakat dimana tokoh-tokoh atau individu-individu itu hidup. Dan yang lebih penting lagi melalui pengakuan yang berupa riwayat hidup ini, seorang individu akan banyak mengungkapkan motivasinya, aspirasinya, ambisinya mengenai kehidupan dalam masyrakatnya. Dan memang wawancara dalam bentuk meminta untuk menceritakan riwayat hidup seorang adlah yang paling mudah diperoleh. Hal ini disebabkan karena orang pada umumnya senang skali menceritakan kisah mengenai dirinya sendiri. Sudah tentu ada juga individu yang menolak untuk menolak mengungkapkan riwayat hidupnya. Dan biasanya orang demikian orang itu mempunyai masalah kejiwaan yang menghambatnya. Namun biasanya setelah timbul raport “dinding penghalang” itu akan runtuh dengan sendirinya.
       Adanya gejal kejiwaan tersebut terakhir, maka tujuan penelitian bukan terbatas pada penelitian terhadap masyarakat di mana, responden kita hidup melainkan bertambah lagi dengan masalah pengaruh lingkungan sosial dan tekana adat istiadat terhadap responden kita.
       Berbagai peneliti yang memepergunakan data riwayat hidup individu berpusat pada salah satu dari tema tersebut : contoh dari penelitian yang paling penting adalah penelitian dar H.C Barnet (1960) terhadap riwayat hidup dari beberapa riwayat hidup penyimpangdalam masyrakat penduduk pulau-pulau di micronesia barat, penelitian oleh R.F Mahct (1961) terhadap riwayat hidup dari seoran penyimpang tomi kabu, yang dapat mencapai sukse dalam hal mengintroduksikan gagasan-gagasan baru dalam masyaraktnya, ialah masyarakat purau di irian timur,
       Metode analisa riwayat hidup individu sangat berguna bagi peneliti antropologi psikologi, karena menurut koentjaraningrat, misalnya fungsinya antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Data riwayat hidup individu  penting bagi si peneliti, untuk memperoleh pandangan dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu masyarakat melalui pandangan dari para warga sebagai partisispan dari masyarakat yang bersangkutan.
2.      Dari riwayat hidup indidvidu penting bagi sipeneliti untuk mencapai pengertian mengenai maslah individu warga masrakat yang suka berkelakuan lain (menyimpang dari yang biasa). Dan masalah peranan para indidividu penyimpang ( deviant individual. Seperti itu sebgai pendorong gagasan
3.      Data riwayat indidvidu penting bagi si peneliti untuk memperoleh pengertian mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diamati dari luar atau dengan metodewawancara berdasarkan pertanyaan langsung. Hal itu biasanya sudah mengenai pengaruh lingkungan kebudayaan terhadap jiwa si indidvidu dan dat serupa itu secara praktis penting dalam penelitian psikiatri,psikolologi, dan penelitian kesehatan jiwa (mental health research)
4.      Data riwayat hidup individu penting bagi sipeneliti untuk mendapatkan gambaran yang lebuh mendalam mengenai detail dari hal yang tidak mudah akan di ceritakan orang dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung. Hal itu biasanya mengenai cara hidupnya orang gelandangan, anak nakal, wanita tuna susila, penjahat, para homo, lesbi dan sebagainya. Atau hal-hal lain seperti masalah dikriminasi ras dikota besar, maslah pembauran antara golongan yang berbeda,maslah minoritas, dan akhirnya juga untuk mendapat pengertian tentang maslah kemiskinan. (koentjaranigrat, 1977: 208)
       Metode utama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data riwayat hidup individu,sudah tentu adalah metode wawancara dan wawancara ini baru dapat dilakukan dengan spontan dan jujur apabila sipeneliti telah menjalinhubungan raport dengan respondennya.
Individual life history adalah istilah yang sering digunakan di kalangan ahli antropologi psikologi, adalah data yang mengumpulkan semua keterangan apa yang pernah dialami individu-individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang dijadikan obyek penelitian.Tujuan dari penelitian semacam ini adalah untuk mencapai pengertian tentang suatu masyarakat, kebudayaan dan tipe kepribadian suatu bangsa atau suku bangsa, melalui pandangan mata individu-individu yang merupakan warga dalam masyarakat bersangkutan.

2. Metode penggunaan test-test proyektif
       Seperti telah di uraikan sbelumnya banyak data-data yang ingin dikumpulkan para antropolog psikologi terdiri dari kebudayaan, yang berselubung (covert) dan bersifat sangat pribadi dan seringkali tidak disadari oleh pendukungnya sendiri, atau bahkan secara tidak sadar atau sadar ingin di rahasiakan. Oleh karenannya untuk menggalinya tidak cukup dipergunakan metode etnografi klasik (wawancara langsung dan pengamapatan) saja. Dan untuk itu peneliti antropologi psikologi harus meminjam metode-metode yang telah dikembangkan para psikolog,psikiater, dan psikoanalisis..
       Metode untuk mengumpulkan “data mendalam” mengenai fikiran yang terkandung dalam alam jiwa dan sanubari para respondennya atau untuk mengukur watak dasar suku-suku bangsa atau golongan-golongan sosial tertentu dalam suatu masyarakat dapat berbentuk metode tes-tes proyektif yang telah dikembangkan oleh ilmu psikologi (saldi, 1977: 270).psikiatri dan psikoanalisis.
       Test proyektif (projectif test) adalah situasi yang secra relatif tidak secara berstruktur,namun bersifat standart,di mana orang yang diuji diminta untuk memeberi tanggapan secara sebebas mungkin, tanpa diberi sugesti. Tanggapan (respont) terhadap material test biasanya dianalisa untuk karakterristik kepribadian. Namun tanggapan tersebut dapat juga membuka tabir dari modus kognisi tertentu.untuk dapat melakukan interpretasi tanggapan-tanggapan material test proyeks, memerlukan latihan yang bnyak( English and English 1959 :413).
       Itilah proyeksi berasal dari istilah psikoanalisis, dalam ilmu itu proyeksi termaksud dalam salah satu bentuk mekanisme melindungi diri (defence mechanisms).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebagaimana halnya dalam penelitian-penelitian antropologi, maka cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antropologi psikologi umumnya adalah metode etnografis, berupa wawancara dan pengamatan. Akan tetapi karena yang dibahas dalam antropologi psikologi tidak hanya terbatas pada kebudayaan yang terlihat saja (overt), akan tetapi juga menyangkut hal-hal yang tidak dapat dilihat langsung (covert), seperti nilai-nilai atau dinamika psikologis suatu masyarakat tertentu, seringkali metode etnografis tidak dapat memecahkan masalah secara memuaskan.
     Oleh karena itu, pada awal abad ke-20 muncul perkembangan baru dalam upaya mempertajam metode penelitian yang bersifat lebih ilmiah dan lebih eksak. Dikembangkan pula metode yang pada umumnya digunakan oleh kalangan psikolog, terutama pada cabang psikologi klinis. Metode tersebut berupa tes proyeksi seperti tes rorschach, test thematic apperception test (TAT) dan lain-lain . selain itu ,juga metode pengumpulan riwayat hidup  ( life history) para respondent dari suatu masyrakat yang hendak kita teliti , dan juga pengumpulan mimpi dan folklor dari para responden untuk diinterpretasikan.

(1). Metode-metode Etnografi yaitu metode wawancara (interview ) yang mendalam dan metode pengamatan (obserfasi)
(2) Metode pengumpulan data riwayat hidup , adalah pengumpulan dan penulisan “data pengalaman individu”  dengan memaaki dokumen manusia (human dokument). Data yang dikumpulkan dalam metode ini adalah keterangan mengenai pengalaman individu-individu sebagai warga suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian  (Blumer,1939)
Tujuan dari penelitian ini adalah mencapai suatu pengertian tentang suatu masyarakat , kebudayaan dan tipe kepribadian suku bangsa melaui pandangan mata individu-individu yang merupakan warga masyarakat bersangkutan
(3) Metode test proyektif yaitu TAT dan test Rorschach . Metode test  proyektif pada penelitian antropologi psikologi bukan untuk tujuan klinik penyembuhan atau mengetahui karakter individu melainkan mengetahui karakteristik kelompok yang mempunyai kebudayaan yang sama dan untuk mengetahui struktur keepribadian dasar (basic personality strutur) dan struktur kepribadian rata-rata (modal personality struktur)
(4) Metode survei lintas budaya (Cross-cultural survey) , metode ini mempergunakan suatu metode perhitungan statistik untuk mengambil data-datanya
(5) Metode menggunakan folklor , folklor adalah bagian kehidupan dari berbagai kolektif didunia dan di Indonesia khususnya yang disebarkan turun temurun diantara kolektif bersangkutan, baik lisan maupun gerak isarat atau alat pembantu . bagian budaya yang disebut folklor dapat berupa bahasa rakyat , teka teki, cerita prosa rakyat (mite), legenda dan dongeng (termasuk lelucon dan anekdot ), nyanyian rakyat, musik rakyat, gerak isarat Dan sebagainya.
Bentuk-bentuk folklor tersebut dapat dijadikan bahan menganalisa tata kelakuan kolektif pendukungnya, karena folklor mempunyai fungsi  (Wiliam R. Bascom 1965)
-.  Sebagai sistim proyeksi
-.  Sebagai alat pengesahan kebudayaan
-.  Sebagai alat pedagogik
-. Sebagai alat pemaksa berlakunya norma masyarakat danAntropologi Psikologi





1 komentar:

  1. Best Ways to Get From Casino Wyandotte to the Wynn - Mapyro
    Directions to The Wynn 파주 출장안마 Hotel and Casino · A short 남양주 출장샵 drive from The Strip (Laughlin) airport 서울특별 출장마사지 · Just 30 minutes 이천 출장안마 from Casino 안양 출장마사지 Wyandotte (Laughlin) · Nearby

    BalasHapus